Sejarah Singkat T.O.A Jala Puspa RSPAL dr. Ramelan di Surabaya

Surabaya-Menaramadinah.com Gedung TOA Jala Puspa - RSPAL dr. Ramelan di Surabaya, diresmikan oleh Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada tanggal 18 September 2004.



Taman Observasi Anak (TOA) Jala Puspa berlokasi di bagian Timur RSPAL dr. Ramelan dengan luas tanah 450 m2 terdiri dari bangunan gedung dan taman bermain diluar.




Taman Observasi Anak Jala Puspa sebagai Pusat Penanganan Gangguan Dengar - Bicara Bayi - Anak di percayakan kepada Rumkital dr. Ramelan sebagai kepanjangan tangan dari Dinas Kesehatan TNI AL yang direkomendasi oleh Kepala Staf TNI AL sebagai sumbangsih kepedulian TNI AL terhadap generasi penerus.

Keberadaan, kehadiran dan peran-serta dalam menangani gangguan dengar bayi - anak, TOA Jala Puspa RSPAL dr. Ramelan di Surabaya saat ini sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, tidak hanya di Surabaya saja, sudah menyebar sampai di Jawa Timur, dan bahkan juga di Indonesia  kawasan Timur, lebih dari itu juga di Indonesia. 

Tentunya TOA Jala Puspa RSPAL d. Ramelan di Surabaya ini mempunyai sejarah yang cukup menarik untuk disimak sebagai bahan yang berguna untuk melihat petapa TNI AL sangat peduli dengan generasi penerus, utama nya mereka yang mengalami gangguan dengar - bicara dan ditangani sedini mungkin, maksimal kurang dari usia 2 - 3 tahun, maka keadaan ini dapat ditolong, agar mereka juga pada akhir nya mampu berkomunikasi, mandiri dan tentunya bisa juga berprestasi.

Untuk itu semua, Ikuti bincang santai dengan sosok sentral Jala Puspa yang beken dipanggil Oma Rita, yaitu Laksamana Pertama TNI  Purn  dr. Sulantari, Sp.T.H.T.B.K.L, tentang sejarah berdirinya TOA Jala Puspa bebagai berikut;


Awal mula adanya gagasan : Termotivasi setelah  melihat anak gangguan -  dengar yang mampu mendengar dan berbicara dg fasih. Pertama, terjadi tahun 2002, saat diselenggarakan Seminar Penanganan Gangguan Dengar Anak  di RSUD .Dr. Soetomo.

Kedua, tahun 2003, saat berada 3 bulan di Jepang, bayi - anak gangguan dengar diperhatikan pemerintah Jepang.


dr. Sulantari, menjelaskan bahwa, setelah kembali dari Jepang mengajukan proposal kepada pimpinan RSAL dr. Ramelan, Laksamana Pertama TNI dr. Imansyah, Sp.PD , dan selanjutnya diproses ke Dinas Kesehatan TNI AL, yang di jabat oleh Laksamana Pertama TNI dr. Sutarno, Sp. THT-KL, Sp.KI.  di Mabesal Jakarta. 

Akhirnya bapak Kasal, saat itu  Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh, menyetujui pembuatan gedung dan memberikan peralatan lengkap untuk pemeriksaan fungsi pendengaran bayi- anak. 
Perihal model bangunan, pada awalnya kami mengajukan konsep rumah yang sekiranya menarik untuk anak, yaitu berbentuk serupa "kastil", berbeda dg poliklinik pada umumnya. Dalam perjalanannya ada perubahan bentuk luar bangunan karena menyesuaikan waktu yang diberikan ,yaitu hanya 2 bulan, harus jadi !. 

Namun keperuntukkan  perihal ruang pemeriksaan dokter, pemeriksaan audiologi ( fungsi pendengaran ) , ruang tidur bayi- anak, gudang mainan untuk keperluan terapi, 
ruang kegiatan terapi dengar- bicara ( AVT: Auditory Verbal Therapy ) dan ruang penyiapan Alat Bantu Dengar serta Cochlear Implant ( implan rumah siput ) , semuanya terpenuhi dengan  penataan yang menarik untuk anak-anak. Bahkan lobby Jala Puspa dan taman diluar gedung dapat dipakai untuk  bermain anak-anak.

dr. Sulantari, menjelaskan bahwa, setelah kembali dari Jepang mengajukan proposal kepada pimpinan RSAL dr. Ramelan, Laksamana Pertama TNI dr. Imansyah, Sp.PD , dan selanjutnya diproses ke Dinas Kesehatan TNI AL, yang di jabat oleh Laksamana Pertama TNI dr. Sutarno, Sp. THT-KL, Sp.KI.  di Mabesal Jakarta. 

Akhirnya bapak Kasal, saat itu  Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh, menyetujui pembuatan gedung dan memberikan peralatan lengkap untuk pemeriksaan fungsi pendengaran bayi- anak. 
Perihal model bangunan, pada awalnya kami mengajukan konsep rumah yang sekiranya menarik untuk anak, yaitu berbentuk serupa "kastil", berbeda dg poliklinik pada umumnya. Dalam perjalanannya ada perubahan bentuk luar bangunan karena menyesuaikan waktu yang diberikan ,yaitu hanya 2 bulan, harus jadi !. 

Namun keperuntukkan  perihal ruang pemeriksaan dokter, pemeriksaan audiologi ( fungsi pendengaran ) , ruang tidur bayi- anak, gudang mainan untuk keperluan terapi, 
ruang kegiatan terapi dengar- bicara ( AVT: Auditory Verbal Therapy ) dan ruang penyiapan Alat Bantu Dengar serta Cochlear Implant ( implan rumah siput ) , semuanya terpenuhi dengan  penataan yang menarik untuk anak-anak. Bahkan lobby Jala Puspa dan taman diluar gedung dapat dipakai untuk  bermain anak-anak.


Itulah perjalanan pembangunan gedung klinik Jala Puspa, yang menarik, mempunyai keunggulan dari sisi proses pembangunannya, meski hanya diberi yang singkat. "Waktu 2 bulan. harus jadi" kata Oma Rita dengan semangat. 

"Puji Tuhan sampai sekarang, gedung yang indah dan bersih itu sudah berusia 20 tahun , tetap terjaga baik dan nampak unik, dibandingkan bangunan gedung lain di RSPAL dr. Ramelan" jelasnya.

Inilah keunggulan utama yang paling lebih menarik adalah dalam hal 'Pelayanan yang Terpadu dan Holistik'.

 Istilah kerennya "One stop service" tutur dr. Sulantari.
Dia mengibaratkan bahwa orang mulai dilayani dari awal kehadiran di RS sampai nampak hasilnya, yaitu sebuah 'outcome'  positif. 
"Kami telah mewujudkan anak-anak tersebut berhasil mendengar dan akhirnya mampu berbicara, berkomunikasi layaknya anak-anak normal . Luar biasa, Tuhan YMK , mengijinkan hal tersebut terjadi , dan tentunya hal ini berkat kerjasama baik antara team Jala Puspa dgn para orang tua hebat yang tergabung dalam Paguyuban Puspa Swara" pungkasnya.
 
Semoga T.O.A Jala Puspa- RSPAL dr. Ramelan tetap bermanfaat bagi bayi- anak, generasi penerus, yang membutuhkan pelayanan tersebut.

Nur Habib, mengabarkan

Komentar