Kisah Rumini dan Raja Pasir Abah Satuhan


Kisah Rumini benar-benar menyentuh kalbu setiap orang yang memiliki keyakinan bahwa orang atau Ibu adalah sosok berharga bagi anak. Berikut ini kisahnya : 



 Rumini 28 tahun ditemukan tewas mengenaskan berpelukan dengan ibunya. Dikisahkan oleh anggota keluarga yang selamat, saat terjadi erupsi Gunung Semeru 4 Desember lalu, Rumini tidak mau berlari meninggalkan rumahnya karena di dalamnya ada sosok ibunya yang dalam kondisi renta, susah berjalan. Nama ibunya Salamah, 71, sebenarnya ingin juga menyelamatkan diri namun kondisi fisiknya tidak mendukung. Sumini bermaksud mengajak dan membwa ibunya menyelematkan diri, tetapi apa daya tidak ada kemampuan karena tidak bisa membopong ibunya. 

Ibu Salamah meminta Rumini untuk menyelamatkan diri dan meninggalkan dirinya. Ibu Salamah sudah pasrah dengan keadaannya. Tetapi permintaan ibunya untuk meninggalkan tidak dihiraukan oleh Rumini. Rasa cinta dan bakti seorang anak kepada ibunya, meneguhkan hati Rumini untuk memilih bertahan dan berusaha melindungi ibunya dari semburan material panas. Akhirnya keduanya meninggal dalam posisi berpelukan seolah Rumini sedang melindungi ibunya. 

Namamu melangit, malaikat menyambut ruh yang mewangi meski tubuhmu terbakar material panas, nafas terakhir mu saat memeluk ibumu, InsyaaAllah seluruh penduduk langit kini tengah memelukmu. Seluruh relawan di Semeru tak kuasa membendung haru, Rumini telah mengajarkan kepada kita  tentang kesungguhan mencintai dan berbakti kepada ibu. 

Angkat topi sejuta kali untukmu, Rumini. Kamu akan menjadi bidadari surga bersama ibumu. Pilihanmu dan keyakinanmu tentang arti hidup akan menjadi pelajaran bagi penduduk dunia. Tak terasa air mata menetes menulis kisahmu. Allahumaghfirllaha warhamha wa'afiha wafu'anha. Semoga ruhnya dicucuri Rahmat-Nya, Al-Fatihah. Surga menantimu, Rumini. Aamiin

Kisah Pilu Abah Satuhan

Mungkin, di Kecamatan Candipuro, Desa Sumberwuluh sudah terkenal nama Abah Satuhan (Abah= sebutan haji). Pengusaha pasir besi di Kamarkajang. Tipe seorang pekerja keras ini berhasil menjadi ‘raja’ pengusaha pasir besi di Kampung Kamarkajang. Asetnya sudah mencapai miliaran rupiah. Dikabarkan dia punya alat berat sebanyak lima buah, puluhan dam truk, dan belasan pekerja. Saat erupsi terjadi sekira pukul 15.00 itu kondisi alat berat dan beberapa truknya sedang di lahan tambang pada aliran sungai Besuk Curahkoboan, yang mengalir lewat Geladak Perak.  Naas, semua alat berat dan sejumlah dam truknya tak terselamatkan. Bahkan, dua anak, seorang menantunya dan dua orang keponakannya yang ikut bekerja di areal itu  terkubur lahar panas yang meluluhlantakan jembatan besi Geladak Perak itu. 

Harta benda yang diperjuangkan dengan susah payah bertahun-tahun lenyap dalam hitungan detik. Itulah kalau Tuhan berkehendak.   Satuhan pun tidak bisa berkutik dan begitu kehilangan tidak hanya harta benda tetapi juga anggota keluarganya. Semoga mereka tergolong sahid. Dan Pak H. Satuhan diberi ketabahan menerima takdir.

Pelajaran berharga bagi kita. Harta, nyawa itu milik-Nya. Kapan pun dan di mana pun kalau sudah dikehendaki, manusia hanya bisa berteriak, Allahu Akbar. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. RF

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat T.O.A Jala Puspa RSPAL dr. Ramelan di Surabaya